Blognya Triunt

Kerabat KOTAK Solo

Tulisan ini Cermin Untukku

Tahun ini adalah tahun yang tidak mudah bagi 2 negara besar di Asia Tenggara, Indonesia – Malaysia, pemberitaan media yang kian provokatif membuat masyarakat kian salah paham, dilanjutkan dengan provokasi segelintir orang dari dua negara, menjadikan isu besar yang cukup aneh jika saya fikirkan, mungkin saya telah salah menulis tulisan ini, tetapi inilah sedikit pemikiran saya yang saya pastikan berasal dari nurani dan sedikit ilmu sejarah yang saya punya, benar kata Pak Tung bertanyalah pada orang yang pintar biarpun hanya 5 persen dari pada kepada orang biasa-biasa saja walaupun tersedia 95 persen, tetapi saya tidak menyatakan pintar dan biasa menurut ilmunya, tetapi menurut nurani dan kemampuan berkacanya.

Saya sudah lelah mendengar pemberitaan dan perdebatan yang sebagian bagus tetapi sebagian sama sekali tidak bermutu, saya sudah malas mendengar cacian biarpun dari sisi Indonesia maupun Malaysia, saya sudah jenuh memikirkan mereka yang mengatakan ganyang malingsia dan sebaliknya, rakyat kecil yang tidak paham sejarah, hingga bupati yang sangat terhormat pun telah menyebut kata-kata doktrin pengganyangan itu demi menuruti demo sebagian warganya, tidak ada yang salah, lupa belajar sejarahlah petakanya.

Dimanakah kalimat klaim itu?

Saya hanya tahu, tidak akan ada klaim budaya atas sebuah negara, dimanapun itu, yang saya tahu adalah dimanakah asal muasal budaya itu berasal, sedang dimana budaya itu beredar adalah bukan urusan negara, Lihatlah batik? dari manakah berasal? bisakah anda menjawab sejarahnya dengan pasti? yang saya tahu batik ada di Indonesia, dari Batik Batak songket, hingga batik samarinda saya pernah mendengarnya, jikapun kita sebut kota batik adalah pekalongan, lantas kota lain yang ada batiknya dilarang menjual komoditi batiknya, di daerah yang sama sebut saja Jogja dan Solo, haruskah kita harus berebut masalah klaim? di Solo sendiri ada 2 pusat batik Laweyan dan Kauman, haruskah mereka berebut klaim? padahal adakah organisasi dunia yang mau mendata klaim-klaim itu? lantas jika jawabannya tidak mengapa kita percaya tentang pengklaiman itu, yang saya tahu Malaysia tidak pernah mengklaim memiliki, tetapi merasa mempunyai, bahasa klaim itu hanya saya dengar di tivi, dan beberapa berita di tivi ternyata sudah tidak seobyektif yang saya fikirkan, berusaha menekankan berita panas, untuk menaikkan ratingnya, sekali lagi ini bukanlah kesalahan media, mereka berbisnis, dan kitalah penyimaknya yang harus bisa pengolah informasinya. Berita Tari Pendet berakhir konyol karena Malaysia tidak mau dipersalahkan karena Iklan milik swasta Malaysia yang Iklannya dibuat dan tayang di tv DC, sebuah kanal tivi kelas A dunia.

Salah satu rating media naik, media pesaingnya berusaha mencari saingan materi berita panas lainnya, sekali lagi ini bukan kesalahan karena ini adalah bisnis, menemukan berita bahwa lagu Malaysia meniru lagu asal Indonesia, sudah validkah berita ini? sekali lagi media panas memberitakan lebih tepatnya memperolok lagu kebangsaan sebuah negara lain demi dendam oleh lagu Indonesia Raya yang diplesetkan menjadi kian leceh oleh oknum yang mungkin provokator atau mungkin terprovokasi walaupun berasal dari Malaysia (ini juga mungkin, karena saya belum mendapat bukti valid), bacalah disini http://id.wikipedia.org/wiki/Terang_Bulan , semuanya cukup jelas dan gamblang ternyata penirunya bukanlah Malaysia saja, tetapi Indonesia, ternyata sekali lagi kita menjadi kian bodoh karena terbawa kata-kata media, media lain memberitakan Lokananta Mensomasi Pemerintah Malaysia lewat lagu tersebut, tetapi setelah kebenaran dan fakta terkuak, media berduyun-duyung menarik pemberitaannya, seolah tidak ada yang salah, sebelum dipersalahkan, sekali lagi berita ini berakhir konyol.  

Berikan saya cermin teman, saya ingin berkaca

Saya tidak ingin menjadi api yang ikut membakar menjadi api lain, saya rela menjadi oposisi disaat mayoritas warga Indonesia meneriakkan kata ganyang Malaysia, saya tidak rela semua ini berdampak Indonesia akan nampak begitu konyol dimata dunia, lebih tepatnya saya ingin berkaca di cermin kecil yang mungkin tak nampak apa-apa, sudahkah saya mencintai budaya saya sebelum saya mengatakan ini budaya saya, sudahkah sekecil saya berusaha memeliharanya sebeum saya mengatakan jangan diambil, sudahkah saya meneriakkannya bahwa saya menikmati budaya ini sebelum saya mengatakan ingin tetap memilikinya, terus terang tidak banyak yang pernah saya lakukan, saya baru dua kali menonton langsung wayang semalam suntuk walau saya tidak paham ceritanya, dan beberapa kali tidak selesai untuk sekedar menyaksikannya, saya belajar seni tari hanya 2 tahun terakhir saat saya SD tari Prawiroguno, Prawirowatang dan Eko Prawiro, seingat saya memakai pedang aluminium dan tameng dari rotan ikut di padepokan tari di Kantor Bupati kota saya, paling tidak dua bulan sekali saya sempatkan nonton wayang orang sriwedari sendirian, dan pernah sekali di GWO Balekambang, untuk yang ini saya lebih paham ceritanya walaupun penontonnya benar-benar bikin miris, sempat terfikirkan “Masihkan ada pertunjukan ini di tahun depan?” dan aku bersyukur sampai saya menulis ini pertunjukan Wayang Orang itu masih berjalan, baru itu yang pernah saya lakukan.

Paradoks Seni dan Budaya

Keris, Batik, wayang orang muncul di Malaysia, apakah itu salah? mungkin salah karena kita sendiri tidak menikmati hasilnya sedangkan mereka (Orang-orang Malaysia itu) banyak meraup untung dari seni itu, lantas mengapa kita tidak meraup untung dari kebudayaan itu mulai dari sekarang? saya sendiri belum bisa, saya hanya berusaha menonton wayang orang agar seharipun minimal ada tiga penonton yang mau melihat pertunjukan mereka, dan itu saya pernah mengalaminya (wayang orang itu hanya ditonton 3 orang), saya tidak ingin mereka kapok berpentas, masuk akalkah jika budaya macam ini justru akhirnya hidup di negara lain karena merasa lebih dihargai di negara lain? kita sendiri kemudian merasa kecolongan, percayalah budaya tetap ada bisnisnya, bisa mati jika tidak ada dananya, bisa mati jika tidak ada penontonnya, bisa mati jika tidak ada yang menghargainya dan bisa hidup kembali (mungkin di daerah lain) jika ada yang menghidupkannya selama ruh seni itu masih ada pada senimannya, dimanapun dia berada.

Budaya pun pasti tersebar melewati batas negara

Pernahkan anda berfikir di Malaysia ada banyak orang Jawa? apakah mereka lantas akan lupa akan jawanya? Apakah pemerintah Malaysia melarang mereka memainkan budaya Jawa di Malaysia? Kemaren saya chat dengan orang Malaysia, dia keturunan Klaten tetapi berkewarga negaraan Malaysia, Kakeknya berasal dari Klaten Jawa Tengah, dia banyak dikasih tahu oleh kakeknya tentang gamelan, hingga diapun mengenal gamelan jawa, minimal dari pengetahuan kakeknya, dari sini bolehkan gamelan, batik, keris itu ada di Malaysia? sekali lagi pasti ada yang berkata, boleh, tapi jangan diklaim.

Tentang Sejarah, Nusantara Bukan Hanya Indonesia

Setahu saya kata nusantara pertama kali berasal dari kerajaan Majapahit, terucap oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sumpahnya mempersatukan Nusantara, lihatlah dipeta Nusantara, Indonesia, Singapura, Malaysia, Dan Filipina masuk dalam Nusantara, jadi saya berfikir Majapahit saat itu menjadi Imperium yang sangat besar, pernah dengar kerajaan Samudera Pasai, Langkasuka, dan Champa? yup betul sekali, keajaan itu ada di aceh, dan Kelantan kesemuannya kerajaan melayu, pada saat ketiga kerajaan kecil itu diserang kerajaan Siam, bala tentara Majapahit datang untuk menyingkirkan Siam sekaligus melebarkan kekuasaan di Malaka, apakah tidak mungkin akulturasi terjadi disana, mengenai keris dan batik?

China

Di Indonesia saya melihat Barongsai, saat saya melihat di tivi saya ternyata melihat barongsai juga ada di San Fransisco, London, Paris, Mesir, India, dan lainnya saya lupa, saya tahu betul budaya itu berasal dari China, dan saya tidak pernah denger negara manapun mengklaimnya sebagai budaya negaranya, tetapi semua orang di dunia akan sepakat jika Barongsai berasai dari China, buatlah Budaya Indonesia seperti itu, sebarkan dimanapun diseluruh dunia, dan katakanlah ini budaya asal Indonesia, jangan katakan ini budaya saya, jika ditanya budaya ini untuk apa, kami tidak bisa menjawabnya.

Neo Devide et Impera

Saat palestine diserang gak banyak liga arab yang peduli tentang nasib negara itu, Justru Indonesia dan Malaysialah yang cukup banyak memperjuangkannya.disaat Iraq di Invasi USA tidak satupun negara tetangga nya yang membantu secara militer ataupun sosial .dan di saat iran di fitnah barat tidak satupun negara2 tetangganya membantu dan melindunginya. di saat sudan, kongo, rwanda, somalia… perang saudara.semua negara afrika terdiam menyaksikan pembanataian di tanah afrika tsb . asia dalam bahaya teman : korea selatan sedang tegang dengan korea utara(masalah nuklir) china dengan Tibet dan taiwan . kamboja dengan thailand (masalah perbatasan ) Indonesia dengan malaysia (masalah perbatasan) Philipina dan cina (masalah perbatasan ) myanmar (masalah dalam negri & pelanggaran HAM ) KITA SEDANG DALAM PROVOKASI . Talk Less Do More

Tidak banyak yang saya inginkan dari tulisan ini, hanya sedikit pesan, teriakan dan perang mulut itu tidak akan berdampak apa-apa bagi kesenian kita di masa depan nanti.

9 responses to “Tulisan ini Cermin Untukku

  1. ardisragen September 5, 2009 pukul 9:37 pm

    sepakat kang… ketika membahas mengenai sesuatu terutama kebudayaan yang mempunyai asal muasal yang panjang jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan.. cermati terlebih dahulu dengan seksama.. jangan termakan dengan pemberitaan di media.. sesungguhnya yang muncul kepermukaan itu belum tentulah benar…

  2. vina September 6, 2009 pukul 1:23 am

    tulisan bagus, cukup komprehensif, melihat permasalahan dari sisi lain…keep writing… nice blog =)

  3. tiyoe September 11, 2009 pukul 1:41 pm

    bookmark lagi, tulisan dengan bahasan malaysia (tulisan pak Imam Brotoseno http://blog.imanbrotoseno.com/?p=954

  4. Rossa September 17, 2009 pukul 4:22 am

    the big problem is, kita gak bisa menghargai kemmapuan dan potensi negara kita sendiri. saat budaya kita di ambil, kita marah2.
    the big solution is, dari dini harus di mulai lah yg namanya ‘ PEDULI NEGARA SENDIRI’, minimal pake produk dlm negri.

  5. iva September 18, 2009 pukul 3:23 pm

    Ass wr.wb
    Salam kenal,
    Kami dari tim riset Ilmu Komunikasi UGM, sedang mengadakan penelitian ttg pemberdayaan masyarakat melalui blog dgn output jurnal serta rekomendasi kebijakan bagi pemerintah.
    Untuk itu, melalui perkenalan ini kami sekaligus meminta ijin untuk melakukan wawancara via online mengenai blog Saudara guna melengkapi data penelitian kami.
    Kami amat mengharapkan kerjasama dari Saudara, kami berharap Saudara dapat segera memberikan tanggapan mengingat keterbatasan waktu yang kami punya.
    Terimakasih banyak.

    [Tiyoe] : silahkan interview saya via YM di triunt@yahoo.co.uk atau triun_296, silahkan add friendlist dulu, dan perkenalkan diri anda disana.

Tinggalkan komentar